Monday, November 5, 2007

Kurikulum

Kuriulum pesantren meliputi :

Program Masjid

Sistem Sorogan dan Modern

Fasilitas Pesantren

Pesantren Baiturrahman memiliki Fasilitas yaitu :
1. Masjid , mencakup masjid utama dan serambi masjid
2. Madrasah yang terdiri dari 4 ruang (saat ini)
3. Pemondokan terdiri dari 8 kamar yang menampung maisng-masing 8 santri
4. 1 buah ruang aula
adapun semua fasilitas diatas rencana nya akan di renovasi secara menyeluruh sehingga bisa meningkatkan kegiatan belajar santri baik sistem sorokan maupun sistem modern

Masjid Baiturrahman
Madrasah Diniyah Salafiyah Baiturrahman


Donasi-Bantuan

Kami menerima donasi : amal jariyah / infaq / wakaf - tanah atau tunai sert menerima penyaluran zakat baik zakat fitrah, zakat mal yang terbagi dalam beberapa bagian zakat.
adapun rekening penyaluran donasi untuk pesantren baiturrahman adalah :




rekening sumbangan/donasi untuk pengembangan pembangunan masjid, pesantren, madrasah
Share Muamalat
No. Rekening : 9006530688 an. helmi abidin

Sunday, November 4, 2007

Lokasi Pesantren

PESANTREN BAITURRAHMAN
YAYASAN BADAN WAKAF "BAITURRAHMAN"
JL. Baiturrahman No.9 Beran Ngawi Jawa Timur
Phone : 0351-747 899
URL:\\www.baiturrahman.blogspot.com
e-mail: baiturrahman@gmail.com

sejarah

Pada tahun 1860-an yang lalu di Desa Beran lahir seorang anak laki-laki bernama Abdul Rahman. Beliau terlahir sebagai putra ketiga dari pasangan suami istri TRUNO SETRO dengan SADIRAH.

Saudara kandung Abdul Rahman ada 5 orang ; yang pertama adalah Hasan sebagai kakak tertua yang kemudian hidup di Ngronggi, adik dari Hasan adalah Khudlori hidup di Beran kemudian Abdurahman sendiri sebagai putra ketiga. Sedangkan tiga adiknya adalah Ali Mustar (Beran) kemudian Abdullah yang hidup di Kluncing (Kaliloro) dan yang ragil adalah Siti Aisyah yang kemudian hari dikenal sebagai Ny. Abdul Syukur. Jadi putra Mbah Truno Setro itu 5 laki-laki 1 wanita.

Semasa hidupnya Truno Setro adalah orang yang berpengaruh dan terhormat di masyarakat ,karena mempunyai kelebihan di desanya baik dalam bidang ekonomi maupun bidang agama serta amaliyah kemasyarakatnnya.

Begitu juga Gezah hidup di Truno Setro menurun kepada putra dan menantunya, sehingga pada zaman itu sebagian besar putranya dapat menunaikan ibadah haji.

Terlepas dari kekurangan dan kelebihan dari pribadi kelima saudaranya yang agaknya H. Abdul Rahman memiliki pribadi yang berbeda dengan saudaranya tersebut, yaitu keberhasilan di dalam hidupnya. Keberhasilan yang di raih olehnya yang sampai sekarang masih dapat kita rasakan dan masih dapat kita nikmati, bukan diperoleh hanya dari peninggalan orang tuanya saja, akan tetapi diperoleh dengan usahanya yang tekun dan dilakukan dengan sungguh-sungguh. H. Abdul Rahman pada waktu mudanya mengikuti pendidikan pondok pesantren di Jambangan Paron. Sepulang dari pondok terus bekerja membantu orang tuanya di rumah (bertani).

Setelah dewasa, seperti halnya laki-laki sebayanya yang telah cukup umur Abdul Rahman kepencut gadis seberang rumahnya (lor kali) bernama Siti Fatimah yang kemudian dipersunting menjadi istrinya.

Berbekal dari pendidikan pesantrennya dan talenta dari orang tuanya serta dorongan dari istrinya H. Abdul Rahman dalam hidupnya memiliki integritas kepribadian yang kukuh. Hal tersebut ditunjukan dengan keberhasilannya baik dalam bidang agama maupun bidang ekonomi.

Kehidupan keagamaannya ditunjukan dengan komitmennya “Bahwa Beran harus menjadi basis Islam”. Untuk mewujudkan hal tersebut kemudian usaha yang dilakukan pada tahun 1917 mendirikan pondok pesantren. Agaknya pemikiran KH.Abdul Rahman dalam perjuangan keagamaannya lebih mengedepankan masalah pendidikan karena sebelum ada masjid, pondok pesantren didirikan terlebih dahulu. Baru setelah pondok berdiri dan ada santrinya baru kemudian masjid dibangun tahun 1928 yang diberi nama “Baiturrahman”. Dengan diasuh oleh Bapak K. Khormen yang masih keponakannya sendiri (putra H. Abdul Syukur) pondok pesantren dapat berkembang dengan baik.

Tahun 1931 Bapak K. Khormen meninggalkan Beran untuk berguru mondok lagi. Kemudian pengasuh pondok diteruskan oleh alm. KH. Ma’mun Affandi Al Hafidz menantu alm. KH. Abdul Rahman. Dan kemudian tahun 1932 Bapak KH. Thohir pulang dari pondok, sehingga bersama Bapak KH. Ma’mun Affandi mengasuh Pondok Pesantren Baiturrahman. Dengan dipimpin alm. KH.Abdul Rahman dan diasuh oleh Bapak KH. Ma’mun Affandi dan Bapak KH. Thohir serta dibantu saudaranya KH. Thoyib putra pertama dan H. Abdul Hamid menantu atau istri dari ibu Hj. Suparti.

Berkat kekompakan keempat saudara putra/putri Mbah KH. Abdul Rahman, terutama keahlian yang dimilki kedua putranya yaitu KH. Ma’mun Affandi yang ahli Al-Qur’an dan KH. Thohir yang ahli Feqeh menjadikan pondok pesantren dapat semakin berkembang. Meskipun belum dikatakan sebagai pondok pesantren yang besar namun keberadaannya sudah membanggakan karena santrinya sudah berasal dari daerah eks karesidenan Madiun.

KH. Abdul Rahman meninggal pada tahun kurang lebih 1938. kemudian perjuangannya khususnya dalam bidang agama diteruskan putra-putrinya serta cucunya.

Bersamaan dengan perkembangan pondok pesantren berdiri pula Madrasah Diniyah (kurang lebih 1956) kemudian Madrasah pun berkembang dengan baik, sehingga seiring dengan perkembangan pondok dan madrasah pada masa itu ditambah pula berdirinya P3B (Pemuda Pelajar Pondok Pesantren Baiturrahman) sebagai institusibentuk kerjasama antara santri denagn remaja masyarakat Beran, maka kompleks masjid Baiturrahman menjadi rejo(ramai) dengan kegiatan keagamaan.

Perkembangan jumlah santri sampai pada puncaknya sekitar tahun 60-an. Karena dirasa masjid pada waktu itu sudah kurang memadai, kemudian pada tahun kurang lebih 1966 masjid di pugar. Masjid lama diwakafkan ke Pandansari (Jururejo) yang kemudian juga bernama masjid Baiturrahman. Pada tahun 1983 Pondok Pesantren juga di pugar. Di kemudian hari pada tahun 1989 serambi masjid juga di pugar dan selanjutnya terakhir juga mengalami pemugaran adalah madrasah pada tahun 1997.

Berdirinya bangunan pondok, masjid dan madrasah serta prasarana di lingkungan komplek masjid Baiturrahman, tentu saja tidak terlepas dari dukungan dana yang tersedia untuk membangunnya. Komitmen alm. KH. Abdul Rahman untuk menjadikan Beran sebagai basis islam, bukan merupakan otopis belaka akan tetapi sebagai idealisme yang realistis. Hal ini ditunjukan dengan rasa kedermawanannya untuk mendanai pembangunan pondok, masjid serta penyediaan dana untuk kelangsungan hidupnya yang diwujudkan dengan tanah wakaf dari sebagian putranya.

Rasa kedermawanan alm .KH. Abdul Rahman untuk amal jariyah tersebut tidak terlepas dari kemampuan material yang dimilikinya.

KH. Abdul Rahman adalah sosok seorang yang ulet, pekerja keras dan sederhana dalam hidupnya. Dengan modal warisan tanah yang diberikan oleh orang tuanya beliau kembangkan dengan diolah sendiri. Disamping tekun bertani juga mempunyai cikar (gerobak), kemudian andong (dokar) yang keduanya dikaryakan. Disamping itu pula juga memelihara bebek yang cukup banyak sehingga alm. KH. Abdul Rahman dikenal sebagai sebutan KAJI BEBEK.

Meskipun beliau secara material termasuk orang yang berbeda, akan tetapi pola hidupnya sangat sederhana terutama di dalam hal makan tentunya. Meskipun gabahnya banyak yang lumbung padinya sampai tiga tempat, tapi kalau makan nasi masih dicampur dengan grontol ketela dan lauknya sering hanya dengan lintingan sembukan. Kesederhanaan dalam makan agakanya sudah terbiasa sejak masa mudanya, konon pada waktu mondok kalau menanak nasi berasnya dicampur dengan kerikil/wedi.

Berkat keuletan dan kerja kerasnya serta kesederhanaan dalam hidupnya alm. KH. Abdul Rahman dapat mengembangkan kepemilikan tanahnya. Sehingga tidak hanya beberapa hektar saja akan tetapi mencapai puluhan hektar tanah yang berada di kedungmiri Padas, di Kedunggalar dan di sekitar Beran. Kepemilikan tanah yang begitu luas, tidak bisa dipertahankan semua kepemilikannya karena adanya Land Form dimana adanya peraturan pemerintah yang membatasi kepemilikan tanah bagi setiap orang. Sehingga sebagian tanah terpaksa dijual da diatasnamakan orang lain dan diwakafkan. Namun sisa yang dimiliki masih cukup luas dan sampai sekarang masih bisa dinikmati oleh semua cucu dan cicit keluarga besar Bani Abdul Rahman.

ALHAMDULILLAH.

Sedikit mengulang tentang pembangunan pondok, masjid dan madrasah.

Pada awal berdirinya pondok dan masjid dana pembangunannya adalah dari almarhum Mbah KH. Abdul Rahman. Kemudian setelah ada wakaf dari beliau ditambah wakaf dari beberapa putranya, pemugaran masjid, pondok dan madrasah sebagian besar dananya berasal dari hasil wakaf tersebut disamping juga partisipasi dari keluarga Bani Abdul Rahman sendiri dan masyarakat serta pernah mendapat bantuan dari pemerintah untuk memugar pondok.

Adapun tanah wakaf yang dimiliki Yayasan Abdul Rahman saat ini adalah :

1. Tanah komplek Pesantren (pondok, masjid dan madrasah)

2. Tanah sawah di Gedong dengan luas kurang lebih 1 Bau

3. Tanah sawah di Padas Jururejo kurang lebih 1 Ha

4. Tanah sawah di Krecuk kurang lebih kurang lebih 2 Bau

Kemudian mengenai perkembangan santri, tahun 60-an mengalami masa jaya, tahun 70-an mulai surut bahkan kemudian madrasah sampai berhenti kegiatannya dan baru bisa bangkit kembali 5 tahun yang lalu. Untuk pondok pesantren bangunannya masih cukup baik, santrinya juga ada namun aktivitas ngajinya agaknya kurnag memadai sebagai pondok pesantren.

Demikian sekilas biografi Mbah KH. Abdul Rahman, amal usaha serta perkembangannya.